Sabtu, 08 Desember 2012

Kajian Fermetasi Sekum Kelinci

 Jenis hewan pemakan tumbuhan yang berukuran kecil seperti kelinci memiliki cara dalam mencerna pakan dengan kandungan serat kasar yang tinggi. Sering menjadi masalah secara umum pada hewan monogastrik seperti unggas ketika kandungan serat kasar dalam pakan yang tinggi menyebabkan terhambatnya kecernaan nutrien. Cara kelinci dalam mencerna komponen serat didukung oleh instrumen sistem pencernaan berupa sekum.
Ukuran sekum sangat besar, dan seperti sebuah kantung dengan ujung yang buntu. Sari pati makanan berpindah dari ileum (usus penyerapan) menuju kolon. Partikel serat; karena ukuran dan densitasnya yang rendah; cenderung berkumpul di dalam lumen kolon (usus besar). Gerakan peristaltik pada usus besar memindahkan serat untuk kemudian secara cepat diekskresikan melalui feses, namun kontraksi antiperistaltik ikatan otot yang terdapat pada lapisan kolon memindahkan komponen non-serat (seperti pati dan protein) dan cairan masuk ke dalam sekum yang akibatnya ikut terfermentasi.  


                                        Gambar 1. Alur gerak digesta di dalam sekum dan kolon

Organ pencernaan sekum terletak setelah usus halus dan sebelum usus besar.  Fungsi sekum adalah sebagai tabung fermentasi. Komponen serat hanya dapat diurai oleh enzim selulase yang hanya dapat dihasilkan oleh bakteri dan kapang.  Mikroorganisme pencerna serat tumbuh dan berkembang sangat baik seiring dengan perkembangan usia kelinci. Perkembangan sekum dimulai ketika kelinci memakan pakan dengan komponen berserat.
Akibat dari  kerja sistem pencernaan dengan double job  menyebabkan kelinci memproduksi dua macam jenis kotoran; yaitu kotoran halus dan kotoran kasar. Kotoran kasar (fecal pellets) sebagian besar mengandung serat yang tidak tercerna. Kotoran halus (caecotropes) adalah kandungan sekum yang sebenarnya. Biasanya kotoran halus dikonsumsi langsung oleh kelinci dari anus, sehingga sangat jarang ditemukan pada lantai kandang.  Kotoran halus menyediakan protein bakteri dan vitamin hasil sintesis fermentasi di dalam sekum. Maka dari itu, mekanisme tersebut mendukung kelinci untuk mengonsumsi pakan hijauan yang pada umumnya rendah energi.

Sumber: .
Cheeke PR. 2005. Applied Animal Nutrition Feeds and Feeding Third Edition. Pearson Education, Inc. USA.

To be continue....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar