Kamis, 06 Desember 2012

All about rabbit feed

Kelinci hewan yang sangat rentan terjangkit penyakit pencernaan. Hal tersebut karena kelinci memiliki system pencernaan yang unik. Kelinci merupakan hewan monogastrik yang memiliki kapasitas sekum melebihi kapasitas lambungnya. Sekum kelinci berfungsi dalam proses fermentasi  nutrien serat. Di dalam sekum ada beberapa nutrient hasil fermentasi yang langsung diserap oleh dinding-dindingnya, dan adapula melalui gerakan baliknya nutrien dikembalikan ke usus halus untuk mengalami proses penyerapan.  Mengingat sistem pencernaan kelinci yang begitu special, maka pakan yang diberikan pun harus spesial dalam mensuplai kebutuhan nutrien dan tingkat pemanfaatannya oleh tubuh.
Adanya lambung sebelum sekum menandakan bahwa kelinci memiliki fungsi alat pencernaan layaknya hewan monogastrik. Di dalam lambung nutrien protein akan dipecah melalui mekanisme enzimatis sehingga menjadi partikel-partikel peptide dan bahkan asam amino.  Itu menandakan bahwa kelinci dapat memanfaatkan dengan baik pakan dengan kandungan protein yang berkualitas, karena setelah lambung maka nutrien akan diserap melalui usus. Nutrien serat sangat dibutuhkan sebagai pembantu gerakan usus, mengisi ruang sekum, serta sebagai sumber energi (VFA). Maka tidaklah heran pakan utama kelinci yaitu berupa hijauan karena di dasarkan oleh mekanisme sistem pencernaannya.
Dalam pemberian pakan kelinci terutama yang dikembangkan sebagai ternak peliharaan tidaklah sembarangan. Di alam kelinci dapat menyeleksi pakannya sendiri, sedangkan di kandang , pemenuhan kebutuhan sesuai dengan pakan yang diberikan oleh pemeliharaanya. Namun yang menjadi pertanyaan dasar di kalangan nutrisionist yakni: kelinci di beri hijauan yang kandungan protein notabenenya rendah (9%) saja bisa hidup dan tumbuh dengan baik, namun apa yang mendasari standar pemenuhan NRC sehingga di dalam pakan kelinci masa pertumbuhan harus memiliki kandungan protein sebesar 16%?, jawaban tersebut terkait dengan keadaan hijauan di lapang. Kita tidak dapat berasumsi bahwa kandungan protein hijauan pakan yang diberikan terutama rerumputan sangat rendah. Di alam mungkin kita dapat melihat bahwa kelinci sangat cerdas dalam memilih makanannya, mulai dari dedaunan yang paling muda hingga dedauan yang tua. Ada juga jenis hijauan seperti jenis semak dan legume yang cenderung memilki nilai protein yang tinggi yang di makan kelinci. Usia hijauan (rumput) pun turut mempengaruhi proporsi nutrien yang dikandungnya. Semakin muda rumput maka kandungan serat kasar dan lignin semakin rendah sedangkan protein semakin tinggi. Namun semua itu akan berbeda kasusnya ketika kita memberikan pakan dalam bentuk pakan komplit.

Pakan komplit merupakan pakan yang memiliki kandungan nilai nutrien sesuai dengan kebutuhan kelinci. Aspek kepraktisan-lah yang mendasari para nutrisionist untuk menyusun pakan komplit. Proses pembuatan pakan komplit merujuk pada standar kebutuhan nutrien yang saat ini hasil publikasi NRC 1972. Indonesia memiliki iklim yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan negara di mana dikeluarkannya standar kebutuhan tersebut (subtropis). Kondisi iklim Indonesia yang cenderung memiliki suhu harian yang tinggi membuat kelinci yang hidup di Indonesia mengalami tingkat stress yang tinggi sehingga menurunkan perfoma konsumsi dan pertumbuhan. Rendahnya konsumsi pakan kelinci di daerah tropis membuat kebutuhan protein yang harus disediakan di dalam pakan meningkat. Namun masih saja menjadi dilematis saat ini, mengapa kelinci yang diberi rumput dengan kandungan protein yang rendah oleh peternak masih dapat berproduksi dengan baik?, apakah hal tersebut terkait dengan mekanisme penyediaan protein mikroba yang dihasilkan dari aktivitas sekum?. Tolok ukur terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrien kelinci masih menjadi misteri. Hingga saat ini belum ada satu pun ilmuan yang dapat mempredikisi secara pasti terkait penghasilan kontribusi N-endogenous dalam mempengaruhi pemenuhan kebutuhan protein tubuh. Hanya beberapa efek nutrien yang berlebih saja yang dapat diprediksi dan dilihat secara klinis maupun subklinins.
Episode masih berlanjut…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar