Sabtu, 08 Desember 2012

Kebutuhan nutrisi kelinci

Kebutuhan nutrien kelinci sangat dipengaruhi oleh kondisi fisiologi saluran pencernaannya.  Pakan dengan kandungan energy yang tinggi pada kelinci menyebabkan perkembangan mikroba sekum yang sangat pesat sehingga mengakibatkan penyakit enteritic (diare). Oleh sebab itu, pakan yang diberikan hendaknya mengandung komponen serat. Walaupun kelinci pada dasarnya tidak dapat mencerna serat secara efisien, strategi mereka mencerna serat dibantu oleh proses fermentasi mikroba di dalam sekum yang diikuti oleh terbentuknya caecotrophy.
Kebutuhan protein untuk performa pertumbuhan yang maksimal adalah 16%, sedangkan untuk fase laktasi 18%. Kandungan protein yang terlalu tinggi tidak baik untuk saluran pencernaan kelinci dan dapat menyebabkan penyakit. Protein selalu dihubungkan dengan gugus amida yang memiliki rantai N (nitrogen). Ketika nitrogen terakumulasi secara berlebih di dalam sekum menyebabkan peningkatan pH (semakin basa) sehingga menopang bakteri-bakteri pathogen (berbahaya) untuk tumbuh.  Konsumsi protein pakan yang berkualitas sangat penting, meskipun protein mikroba yang dihasilkan dari fermentasi sekum berkontribusi secara signifikan. Fermentasi sekum dan caecotrophy kemampuan kelinci dalam menggunakan beberapa non protein nitrogen.  Konsumsi protein yang berkualitas sangat penting untuk pesatnya pertumbuhan kelinci periode pertumbuhan.
Kelinci sangat efisien dalam mencerna kalsium. Kelebihan kalsium akan diekskresikan lebih banyak melalui urin dari pada feses seperti pada beberapa spesies pada umumnya.
Baik defisiensi (kekurangan) maupun kelebihan vitamin A dapat menyebabkan masalah reproduksi, seperti hydrocephalus, aborsi, ukuran fetus yang kecil, dan kondisi fetus yang lemah sesaat lahir. Kekurangan dan kelebihan vitamin A belum terdefinisi dengan baik, namun tepatnya pada bagian 5000 dan 70000 IU/kg pakan.


                                         Gambar Hydrocephalus
Gambar diatas merupakan kasus kekurangan vitamin A pada fetus (hydrocephalus). Hydrocephalus merupakan berkumpulnya cairan di dalam otak yang ditandai dengan bertambahnya ukuran volume kepala. Huruf A pada gambar menunjukkan fetus yang normal, sendangkan huruf B merupakan fetus yang menderita hydrocephalus.
Kebutuhan vitamin D untuk kelinci sangat rendah. Kelebihan vitamin D dapat menyebabkan pemadatan mineralisasi pada jaringan lunak seperti arteri, ginjal dan paru-paru.

Cheeke PR. 2005

To be continue….

Kajian Fermetasi Sekum Kelinci

 Jenis hewan pemakan tumbuhan yang berukuran kecil seperti kelinci memiliki cara dalam mencerna pakan dengan kandungan serat kasar yang tinggi. Sering menjadi masalah secara umum pada hewan monogastrik seperti unggas ketika kandungan serat kasar dalam pakan yang tinggi menyebabkan terhambatnya kecernaan nutrien. Cara kelinci dalam mencerna komponen serat didukung oleh instrumen sistem pencernaan berupa sekum.
Ukuran sekum sangat besar, dan seperti sebuah kantung dengan ujung yang buntu. Sari pati makanan berpindah dari ileum (usus penyerapan) menuju kolon. Partikel serat; karena ukuran dan densitasnya yang rendah; cenderung berkumpul di dalam lumen kolon (usus besar). Gerakan peristaltik pada usus besar memindahkan serat untuk kemudian secara cepat diekskresikan melalui feses, namun kontraksi antiperistaltik ikatan otot yang terdapat pada lapisan kolon memindahkan komponen non-serat (seperti pati dan protein) dan cairan masuk ke dalam sekum yang akibatnya ikut terfermentasi.  


                                        Gambar 1. Alur gerak digesta di dalam sekum dan kolon

Organ pencernaan sekum terletak setelah usus halus dan sebelum usus besar.  Fungsi sekum adalah sebagai tabung fermentasi. Komponen serat hanya dapat diurai oleh enzim selulase yang hanya dapat dihasilkan oleh bakteri dan kapang.  Mikroorganisme pencerna serat tumbuh dan berkembang sangat baik seiring dengan perkembangan usia kelinci. Perkembangan sekum dimulai ketika kelinci memakan pakan dengan komponen berserat.
Akibat dari  kerja sistem pencernaan dengan double job  menyebabkan kelinci memproduksi dua macam jenis kotoran; yaitu kotoran halus dan kotoran kasar. Kotoran kasar (fecal pellets) sebagian besar mengandung serat yang tidak tercerna. Kotoran halus (caecotropes) adalah kandungan sekum yang sebenarnya. Biasanya kotoran halus dikonsumsi langsung oleh kelinci dari anus, sehingga sangat jarang ditemukan pada lantai kandang.  Kotoran halus menyediakan protein bakteri dan vitamin hasil sintesis fermentasi di dalam sekum. Maka dari itu, mekanisme tersebut mendukung kelinci untuk mengonsumsi pakan hijauan yang pada umumnya rendah energi.

Sumber: .
Cheeke PR. 2005. Applied Animal Nutrition Feeds and Feeding Third Edition. Pearson Education, Inc. USA.

To be continue....

Kamis, 06 Desember 2012

All about rabbit feed

Kelinci hewan yang sangat rentan terjangkit penyakit pencernaan. Hal tersebut karena kelinci memiliki system pencernaan yang unik. Kelinci merupakan hewan monogastrik yang memiliki kapasitas sekum melebihi kapasitas lambungnya. Sekum kelinci berfungsi dalam proses fermentasi  nutrien serat. Di dalam sekum ada beberapa nutrient hasil fermentasi yang langsung diserap oleh dinding-dindingnya, dan adapula melalui gerakan baliknya nutrien dikembalikan ke usus halus untuk mengalami proses penyerapan.  Mengingat sistem pencernaan kelinci yang begitu special, maka pakan yang diberikan pun harus spesial dalam mensuplai kebutuhan nutrien dan tingkat pemanfaatannya oleh tubuh.
Adanya lambung sebelum sekum menandakan bahwa kelinci memiliki fungsi alat pencernaan layaknya hewan monogastrik. Di dalam lambung nutrien protein akan dipecah melalui mekanisme enzimatis sehingga menjadi partikel-partikel peptide dan bahkan asam amino.  Itu menandakan bahwa kelinci dapat memanfaatkan dengan baik pakan dengan kandungan protein yang berkualitas, karena setelah lambung maka nutrien akan diserap melalui usus. Nutrien serat sangat dibutuhkan sebagai pembantu gerakan usus, mengisi ruang sekum, serta sebagai sumber energi (VFA). Maka tidaklah heran pakan utama kelinci yaitu berupa hijauan karena di dasarkan oleh mekanisme sistem pencernaannya.
Dalam pemberian pakan kelinci terutama yang dikembangkan sebagai ternak peliharaan tidaklah sembarangan. Di alam kelinci dapat menyeleksi pakannya sendiri, sedangkan di kandang , pemenuhan kebutuhan sesuai dengan pakan yang diberikan oleh pemeliharaanya. Namun yang menjadi pertanyaan dasar di kalangan nutrisionist yakni: kelinci di beri hijauan yang kandungan protein notabenenya rendah (9%) saja bisa hidup dan tumbuh dengan baik, namun apa yang mendasari standar pemenuhan NRC sehingga di dalam pakan kelinci masa pertumbuhan harus memiliki kandungan protein sebesar 16%?, jawaban tersebut terkait dengan keadaan hijauan di lapang. Kita tidak dapat berasumsi bahwa kandungan protein hijauan pakan yang diberikan terutama rerumputan sangat rendah. Di alam mungkin kita dapat melihat bahwa kelinci sangat cerdas dalam memilih makanannya, mulai dari dedaunan yang paling muda hingga dedauan yang tua. Ada juga jenis hijauan seperti jenis semak dan legume yang cenderung memilki nilai protein yang tinggi yang di makan kelinci. Usia hijauan (rumput) pun turut mempengaruhi proporsi nutrien yang dikandungnya. Semakin muda rumput maka kandungan serat kasar dan lignin semakin rendah sedangkan protein semakin tinggi. Namun semua itu akan berbeda kasusnya ketika kita memberikan pakan dalam bentuk pakan komplit.

Pakan komplit merupakan pakan yang memiliki kandungan nilai nutrien sesuai dengan kebutuhan kelinci. Aspek kepraktisan-lah yang mendasari para nutrisionist untuk menyusun pakan komplit. Proses pembuatan pakan komplit merujuk pada standar kebutuhan nutrien yang saat ini hasil publikasi NRC 1972. Indonesia memiliki iklim yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan negara di mana dikeluarkannya standar kebutuhan tersebut (subtropis). Kondisi iklim Indonesia yang cenderung memiliki suhu harian yang tinggi membuat kelinci yang hidup di Indonesia mengalami tingkat stress yang tinggi sehingga menurunkan perfoma konsumsi dan pertumbuhan. Rendahnya konsumsi pakan kelinci di daerah tropis membuat kebutuhan protein yang harus disediakan di dalam pakan meningkat. Namun masih saja menjadi dilematis saat ini, mengapa kelinci yang diberi rumput dengan kandungan protein yang rendah oleh peternak masih dapat berproduksi dengan baik?, apakah hal tersebut terkait dengan mekanisme penyediaan protein mikroba yang dihasilkan dari aktivitas sekum?. Tolok ukur terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrien kelinci masih menjadi misteri. Hingga saat ini belum ada satu pun ilmuan yang dapat mempredikisi secara pasti terkait penghasilan kontribusi N-endogenous dalam mempengaruhi pemenuhan kebutuhan protein tubuh. Hanya beberapa efek nutrien yang berlebih saja yang dapat diprediksi dan dilihat secara klinis maupun subklinins.
Episode masih berlanjut…

Rabu, 05 Desember 2012

Membedah ilmu nutrisi

Ilmu nutrisi pakan memiliki peran yang sangat besar dalam kemajuan industri pakan. Betapa pun tidak, formula pakan yang dirancang oleh sang nutritionist menjadi modal utama dalam mendapatkan income sehingga perusahaan dapat berjalan sesuai fungsinya.

Mendalami ilmu nutrisi pakan membutuhkan kesungguhan dan pengetahuan informasi global yang luas. Untuk menjadi seorang nutrisionist yang handal, seseorang tidak hanya cukup untuk duduk di depan layar monitor, namun tindak lanjut pengamatan terhadap ternak yang diberi pakan yang telah disusun harus dikaji ulang. Dalam hal ini, pengalaman seorang nutrisionist dalam menyusun pakan menjadi modal utama. Menjadi nutrisionist pakan harus jeli dan cerdas dalam menentukan bahan-bahan baku yang digunakan, mengingat ketersediaan, kualitas dan harga bahan baku menjadi faktor pembatas dalam menyusun pakan. 

Perkembangan pesat terhadap metode formulasi ransum ditambah sangat banyaknya riset-riset yang dilakukan menjadikan profesi kemampuan menyusun pakan berkredibilitas tinggi. Dahulu metode penyusunan ransum menggunakan metode pearson square yang sangat sederhana yang ketelitiannya terbatas pada pemenuhan 2-3 jenis nutrien. Saat ini, metode penyusunan pakan sudah mencapai tahap perhitungan kebutuhan tercerna bahkan sudah memperhitungkan aspek zat aktif di dalam pakan. Jumlah nutrien yang diperhitungkan dapat melebihi 100 jenis nutrien dalam satu formulasi. Saat ini para nutrisionist mengandalkan software-software formulator dalam memformulasikan pakan

Software-software yang biasa digunakan di kalangan industri yaitu Brill, Feedlive, Winfeed, Feedsoft, dan masih banyak lagi. Fakultas Peternakan IPB khususnya jurusan ilmu nutrisi dan teknologi pakan sudah mulai mengenalkan matakuliah formulasi pakan dengan menggunakan software Brill, winfeed, linnear programming serta Ms. Excel. Untuk kelas strata 1 matakuliah yang diajarkan masih seputar kebutuhan nutrien secara umum pada hewan ternak. Untuk lebih memperdalam lagi dapat melanjutkan di strata 2.

Untuk mengatasi persaingan global yang semakin ketat, nutrisionist harus memiliki kemampuan dalam menganalisis kebutuhan nutrient hingga zat aktif. Sistem informasi berbasis sumber bahan baku lokal menjadi hal yang dapat mengimbangi substitusi pakan impor. Data sumber pakan lokal yang lengkap menjadi pertimbangan nutrisionist  terhadap ketelitian proses berlangsungnya formulasi pakan. Saat ini FAO baru  merilis website baru terkait sistem informasi bahan baku pakan (www.feedipedia.org). Sistem informasi kandungan nutrien bahan baku dapat diperoleh juga pada publikasi nutrient research council (NRC) Amerika. Ilmuan Indonesia masih sangat sedikit dalam mengkaji kebutuhan nutrien untuk ternak dan masih mengacu pada kebutuhan nutrien di lingkungan subtropis. Pembangunan sistem informasi pakan serta sistem informasi kebutuhan nutrien ternak merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dalam mendukung baik itu industri pakan maupun peternakan Indonesia.

Senin, 23 April 2012

Mengenal jenis kelinci

Nesolagus netcheri
(Native Indonesian Rabbit)

Pada umumnya, kelinci di masyarakat peternak Indonesia dibagi kedalam dua kelompok besar, yaitu kelinci lokal dan kelinci ras. Kelinci lokal merupakan kelinci yang memiliki ciri khas genetik yang sudah beranekaragam sehingga sangat sukar untuk dibedakan dan dimasukkan ke dalam kelinci tipe ras. kelinci ras merupakan kelinci dengan bangsa yang khas dan memiliki karakteristik genetik yang masih berdekatan sehingga sangat mudah untuk membedakan kelinci tipe ras dengan melihat karakteristik utama kelinci tersebut.
Pada umumnya kelinci ras dibagi lagi menjadi kelinci ras hias dan pedaging. Kelinci ras hias terdiri dari jenis kelinci Rex, Angora, flamish giant, fuzzy Loop, Himalayan, Netherland Dwarft (ND), satin, dutch dan masih banyak lagi. Kelinci ras yang termasuk ke dalam ras pedaging utamanya adalah kelinci ras tipe New Zealand White dan Californian yang sudah secara umum diternakkan dengan skala besar dan tidak sedikit juga ada peternak yang telah menyilangkannya sehingga didapatkan sifat yang unggul. 

Rex (atas) dan Angora  Rabbit

Di Indonesia, kelinci lokal sudah banyak disilangkan dengan kelici ras hias sehingga didapatkan keturunan yang menyerupai kelinci hias dan masyarakat peternak biasa menyebutnya kelinci jenis topeng. Kegiatan menyilangkan tersebut dilakukan untuk meningkatkan nilai jual kelinci lokal sesuai dengan selera konsumen. Pasar kelinci anakan jenis lokal masih sangat potensial terutama untuk pet animals, pakan hewan, kelinci percobaan, dan masih banyak lagi. Biasanya peternak menyilangkan indukan kelinci lokal dengan pejantan ras hias jenis Anggora atau Lion. Namun demikian, pemulyaan ras kelinci harus tetap dipelihara kemurniannya. Indonesia memiliki kelinci khas Indonesia yang memiliki nama latin Nesolagus netscheri . Kelinci tersebut belum didomestikasi sehingga keberadaannya termasuk liar dan tergolong satwa langka. Ciri dari kelinci asli Indonesia adalah memiliki corak warna rambut coklat tua dan hitam dengan motif garis hitam memanjang di badan. Kelinci tersebut dapat ditemukan di pedalaman hutan Sumatra dan hampir saja diduga punah. Hingga saat ini masih sangat terbatas informasi terkait dengan kelinci asli Indonesia tersebut.